Mesin Pencuci Otak Bernama Media Sosial



Tak seperti jaman dulu, yang kalau mau dapat informasi harus nonton tv, dengerin radio,atau baca koran. Sekarang, semua orang bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang dibutuhnya hanya dalam satu genggaman.

Sumbernya pun beragam. Salah satunya bahkan sekarang bisa dapat informasi hanya dari media sosial.

Di media sosial sekarang semua orang bisa berlaku sebagai jurnalis. Semua orang dapat dengan mundah menyebarkan informasi yang dimiliki atau dilihat. Dan lingkungan sekitar pun dapat dengan cepat merespons info tersebut.

Tapi bagaimana sebetulnya cara menyikapi informasi di media sosial? Ini jadi hal yang penting banget sih buat diperhatiin. 

Secara nggak sadar sebetulnya informasi-informasi yang didapat di timeline media sosial kita adalah informasi-informasi yang sudah difilter sendiri sesuai dengan ketertarikan kita terhadap sesuatu hal di media sosial.

Sebut saja kalau kita sukanya traveling, makanan, dan fashion, pasti akan banyak konten-konten tersebut yang bertebaran di timeline kita kan?

Nah, apa lagi saat ini sedang tahun-tahun panas, tahun politik. Pastinya masing-masing dari kita punya ketertarikan sendiri terhadap satu tokoh dan media sosial jadi salah satu sumber informasi tentang tokoh tersebut.

Alogartima media sosial yang membaca ketertarikan tersebut dengan cepat dan mudah mencarikan informasi-informasi yang berkaitan dan ‘menyampaikannya’ kepada kita.

Sayangnya terkadang informasi-informasi tersebut bernada provokatif --walaupun nggak semuanya kayak gitu--. Alih-alih mendukung salah satu pihak, tapi caption-caption yang disajikan malah memberikan efek kebencian terhadap pihak lain.

Tak hanya satu atau dua, tapi hal semacam ini banyak sekali aku temukan bertebaran di media sosial dan dipublikasi oleh akun-akun yang bahkan udah punya banyak pengikut. 

Dengan modal banyaknya pengikut itu, akun-akun tersebut dengan mudah ‘mencuci otak’. 

Ya, kini tak sulit lagi untuk ‘mencuci otak’ sekelompok orang. Tak perlu lagi door to door atau mengadakan pertemuan di aula. Cukup buat akun, bagikan informasi yang kira-kira benar, pengikut datang, dan mesin pencuci otak pun mulai berputar.

Mereka yang setiap waktu terpapar dengan informasi-informasi tersebut di media sosial akhirnya ‘terpaksa’ percaya dengan informasi tersebut. Miris sih kalau melihat fenomena ini sekarang. Orang-orang yang tak saling kenal, malah bisa saling hujat di kolom komentar. Bisa saling menjatuhkan dan membenci.


Aku yakin mereka yang ada dibalik akun-akun tersebut adalah orang pintar. Niat awal mereka mungkin baik, ingin membagikan informasi. Tapiiii…..kecintaan dan kebencian mereka terhadap suatu hal kelewatan dan akhirnya postingan tersebut menggiring followers untuk masuk dalam kubangan ‘kebencian’ yang sama dengan mereka.

Pada akhirnya, kita sendirilah para netizen yang budiman yang harus bisa membentengi diri dan pintar-pintar menyaring informasi yang ditemukan di media sosial. 

Verifikasi, cek cek cek cek ke berbagai sumber yang kamu percayai. Jangan sampai menjadi sumbu pendek dan akhirnya secara tak sadar kita malah menjadi bagian dari penebar kebencian dan hoax.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Gedung Pernikahan: SEAMEO Biotrop, Bogor

Indah Catering, Vendor Pernikahan All in One Service Dibawah 100jt di Bogor

Sudah Sejak Lama, Aku Kembali